Wikipedia Islam

SEMBILAN FILOSOFI JAWA YANG SERING DIAJARKAN OLEH SUNAN KALIJAGA

1. URIP IKU URUP

” Hidup itu Nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik “.

2. MEMAYU HAYUNING BAWANA

” Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak “.

3. SURO DIRO JOYO JAYADININGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI

” Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar ”

4. NGLURUK TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI-AJI, SUGIH TANPO BONDHO

” Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan ”

5. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KELANGAN

” Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu ”

6. OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO ALEMAN

” Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja ”

7. OJO KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN

” Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi ”

8. OJO KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, OJO CIDRA MUNDAK CILAKA

” Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka ”

9. OJO ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNO

” Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti “.
Di atas langit ada langit.

Duta Damai, Wikipedia Islam

Muslim Sejati Group : Kata kata Nasehat Islami

“Jangan pernah memaksakan sesuatu untuk kamu miliki, Allah mempunyai skenario yang jauh lebih baik untuk kamu nikmati. Jangan sekali-kali menyesali apa yang telah terjadi, sesuatu tidak hilang kecuali akan tergantikan”

“Mengikhlaskan ketika harapanmu tak sejalan maka kau harus menerima segala suratan meski hatimu terluka namun kau harus lebih percaya akan sagala cerita Indah-Nya”

“Ketika jatuh cintamu kau lampiaskan dengan pacaran, maka bersiaplah untuk terpatah hati tidak ada yang lebih baik ketika hubungan ini hanya dibalut harapan yang tidak pasti”

“Jangan pernah menghakhawatirkan rezekimu di esok hari, karena Allah sudah menjaminnya kok”

“Katanya jodoh itu cerminan diri sendiri, coba bercermin seperti apa dirimu? Begitulah gambaran Jodohmu”

“Hal termanis adalah ketika seseorang menyebutkan namanu di dalam tahajjudnya”

“Kenapa saat pacaran selalu merasakan rindu, padahal baru saja bertemu? Apa yang menjadi pemicunya, itu dikarenakan bentuk perhatian yang berbeda. Coba bandingkan saat pacaran dan waktu menikah”

“Berharap kepada yang tidak pasti hanya akan melukai hati”

“Allah selalu punya cara untuk membantumu menyelesaikan masalah, jadi jangan jauh-jauh dari Allah”

“Jika hatimu kotor dipenuhi rasa benci melihat kebaikan yang menuggunungpun tidak akan ada artinya”

“Jodoh itu bukan siapa yang cepat dia dapat, tapi siapa tepat dia dapat”

“Tak perlu ceritakan dirimu, karena yang cinta tak membutuhkannyadan yang benci tak akan percaya”

“Kenapa sabar tidak ada batasnya, karena di saat aku bersabar Allah menyertaiku, oleh karena itu aku tak mau membatasi kedekatanku kepada Allah”

“Aku cuma ingin menjadi seseorang yang beruntung memilikumu, jika ada, dia tidak akan pernah melepaskan aku, karena dia tahu aku berharga”

“Sudah waktunya pulang, setiap insan pasti akan pulang, untuk melepas lelah dari payahnya bertualang kau bertanya kapan aku pulang? Ketika jasad dan ruh ku berpisah, hanya saja tinggal amalku yang tersisa”

“Terkadang apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan, tapi ketahuilah bahwa setiap yang terjadi, Allah limpahkan yang terbaik untuk hidupmu”

“Perempuan itu perhiasan dunia jika tak dijaga akan menjadi fitnah

“Terkadang kamu harus berusaha mengerti apapun yang sedang terjadi meskipun sebenarnya kamulah yang harus dimengerti. Hanya saja kamu lebih mengalah agar tidak ada kesalahpahaman yang semakin membuat terpisah”

“Wanita itu mudah, mudah untuk jatuh cinta, musah untuk disakiti, mudah untuk memaafkan tapi tidak dengan melupakan”

“Bukannya Allah tahu remuknya hati, bukannya Allah tahu perihnya diuji ditahu bahwasanya kita mampu menghadapinya”

Wikipedia Islam

Seorang Wanita Ungkap Strategi Teroris Dalam Cuci Otak Dan Rekrut Anggota

Indonesia sedang menerapkan siaga 1 usai beberapa kali diserang oleh para teroris.

Belasan orang tewas dan puluhan luka-luka akibat serangan tersebut. Menggunakan bom dan berbagai senjata para teroris ini menyasar polisi dan juga rumah ibadah dalam menebar teror mereka.

Yang mengejutkan, aksi teror juga melibatkan satu keluarga, mulai dari ayah, ibu dan anaka-anak mereka.

Kengerian serangan teror diawali dengan kasus teror yang terjadi di Mako Brimob, Depok, hingga kasus terbaru mengenai teror yang terjadi di Mapolda Riau, Rabu silam (16/5/2018). Rentetan kejadian teror membuat negeri ini siaga satu terhadap kasus terorisme. Banyak yang tak menduga kali ini para pelaku teror menggunakan wanita dan anak-anak untuk melancarkan aksinya. Seorang netizen dengan akun Facebook Yunita Dwi Fitri membagikan kisahnya saat dirinya hampir direkrut untuk menjadi teroris.

Kisah yang ia bagikan lantas menjadi viral di media sosial.

Bom Surabaya
Bom Surabaya ()

Sedikitnya, tulisan yang diunggah pada tanggal 14 Mei 2018 tersebut telah dibagikan lebih dari 9700 kali dan disukai sekitar 14 ribu pengguna Facebook.

Berikut tulisan yang ia bagikan:

SAYA HAMPIR JADI TERORIS

Karena saya peduli, jadi mau sharing cerita 12 tahun yang lalu.Waktu lagi galau2nya Tugas Akhir kuliah, diperjalanan menuju kosan dari kampus sendirian, sepanjang jalan Sekeloa mikirin Tugas Akhir yang bener-bener bikin galau.Tiba-tiba ada anak perempuan masih remaja mengaku baru lulus SMA sebutlah Anna datang menghampiri “Kak, saya lagi cari kostan, bisa bantu ga?”Kebetulan di tempat kost saya tinggal masih ada kamar kosong, tanpa ragu saya tawarin ke dia. Penampilannya seperti anak dari daerah, rok panjang, baju kemeja tidak berjilbab.Sampai di kostan, dia menolak ketika saya ajak ketemu dengan bapak kost, malah minta minum dan duduk didalam kamar.Meski aneh kelakuannya saya ga ada takut sedikitpun dengan anak ini. Dia melihat ada Al-quran terbuka diatas sajadah, kemudian dia bertanya “Suka baca Al-Quran kak?”

Saya jawab “Iya, lagi belajar, suka baca tafsirannya” kemudian dia bilang “Saya besok kesini lagi ya kak bawa temen, nanti kita belajar bareng-bareng tentang tafsir Al Quran”

Saya udah mulai curiga karena tujuan awal dia kesini adalah cari kostan, kenapa jadi sok akrab malah ngajak temen main.

Tapi saat itu, saya memang lagi ngulik tentang Al-Quran dan buku-buku tentang keTuhanan, namanya juga masa remaja yang lagi kepo-keponya lah, jadi ada yang nawarin belajar yaudah boleh lah diterima. Besoknya si Anna ini dateng bersama temannya sebutlah Tari yang sepertinya seumur dengan saya (22-23), berjilbab putih, kemeja putih, celana bahan warna hitam, penampilannya sangat gak kekinian.

Setiap kalimat tertata rapi dari awal berkenalan dan akhirnya mulai menyuruh saya membuka Al-Quran dengan hafal dia mengintruksikan untuk membuka tiap-tiap ayat.Si Anna hanya diam, malah lebih seperti asisten, bukan teman. 

Setiap ayat yang dia intruksikan saya bacakan, dan intinya adalah “halalnya membunuh orang-orang kafir, jihad dijalan Allah tidak mudah, pasti akan dimusuhi bahkan oleh keluarga sendiri, tapi hal itu yang dibenarkan dalam Al-Quran, maka dari itu diawali dengan sembunyi2 agar misi terlaksana dengan baik”

Gak lama dia ngajak untuk belajar lebih lanjut dikostan dia besok, kostnya gak jauh dari kost saya. Anna bersedia menjemput besok.

Kemudian dia pergi. Gak ada basa-basi seperti orang biasa yang ingin berteman, apalagi Anna seperti halnya pengantar Tari.Sudah galau TA makin galau lagi nih, antara takut dosa (melanggar Al-Quran) atau takut diajarin yang enggak-enggak. Tapi saya masih penasaran.Besoknya Anna datang menjemput, dia mengajak saya ke kostan Tari. Mulai curiga.Di kamar berukuran 3×3, tanpa kasur dan furniture lain. Hanya ada lemari dan tikar.Kemudian Anna menutup jendela dan mengunci pintu. Tari mengeluarkan sebuah whiteboard berukuran sedang dari belakang lemari. Diawali doa, dia mengajarkan sebuah ideologi.

Ga ada Al Quran. Hanya dengan coretan di white board. Menggambarkan sebuah mobil ketika driver salah mengendarai, masuk kejurang, matilah semua penumpang didalam mobil, begitulah jika disebuah negara pemimpinnya salah, intinya adalah negara ini salah dan kita semua berdosa jika dipimpin dengan pemimpin yang salah.

Kemudian menggambarkan sebuah apel busuk ketika ada didalam kulkas bersama apel-apel yang baik, maka apel yang baik akan tertular busuk, itulah kita jika masih berteman dengan orang kafir dan tidak sepemahaman dengan kita.

Dari gambaran2 itu, kira-kira paham kan ya maksudnya. Banyak lah ideologi2 yang dia sampaikan.

Dan dia menyebut kita harus membangun Negara Islam Indonesia untuk negara yang diridhoi Allah.

Semakin curiga hati ini ketika dia bilang: “Untuk membangun misi ini diperlukan dana, karena kita membangun sebuah negara baru untuk Allah, dan diperlukan pengorbanan dan ketetapan hati, jadi kamu akan dibay’at di Cimahi (saya kurang inget tepatnya dimana) dengan membawa uang 400rb.

Jangan bertanya bukankah amal itu seikhlasnya? Tidak.. karena dengan perngorbananmu maka Allah akan tau sampai mana pengorbananmu untuk-Nya.

Bahkan ketika kamu berbohong meminta uang ke orang tua atau menjual handphonemu adalah sebuah pengorbanan untuk Allah.

Adapun baju yang harus dikenakan adalah kemeja, hijab, celana bahan”, ujarnya.

Jujur saja saya cukup merasa dibrainwash, otak ini berfikir untuk mengikuti perkataannya sampai saya gak berani ngomong ke teman terdekatpun, tapi hati ini menolak ketika saya harus berbohong ke orang tua demi Allah, bahkan ketika saya harus menghalalkan segala cara demi pengorbanan demi Allah untuk mendapatkan uang 400rb.

Saya kuliah mayoritas teman non muslim, gak mungkin saya cerita ke mereka. Saya takut dosa karena saya menyalahi aturan.

Kemudian saya lari ke Darut Tauhid, yang saya tau disana adalah tempat orang-orang yang berilmu mengenai ke islaman.

Singkat cerita saya bertemu dengan 2 orang mahasiswa berhijab panjang, mereka adalah penyelamat saya, mereka tau betul tentang NII sebuah aliran sesat yang ternyata sudah lumayan banyak di Bandung.

Mereka berusaha mencuci otak anak-anak muda, banyak diantara mereka yang hilang, meninggalkan keluarga demi membangun Negara Islam Indonesia, menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang, bahkan sampai mereka semiskin-miskinnya untuk disetor ke pimpinan mereka karena misi mereka membangun sebuah negara didalam negara.

Setelah saya memutuskan gak mau datang ke ajakannya untuk dibay’at beberapa minggu kemudian saya bertemu lagi dengan Anna di jalan Sekeloa, tiba-tiba dia berjilbab dan pura-pura ga liat seperti ketakutan.

Mulai saat itu saya ga pernah kasih uang ke orang peminta sumbangan di atm atau dijalan dengan penampilan seperti Tari. Berhijab, kemeja, celana bahan.

12 tahun sudah berlalu, sekarang Indonesia sedang darurat teroris, dan saya percaya ini bukan cuma sekedar isu. Sekarang Tari-Tari lain banyak kita temui di sosmed.

Jangan biarkan mereka semakin berkembang
Demi NKRI. Demi Agamaku.”

Wikipedia Islam

Definisi Apa itu Teroris dan Terorisme Menurut Al-Qur’an

Terorisme Menurut Al-Qur’an

oleh : Ahmad Mutiul Alim

Terorisme merupakan tindak kejahatan yang marak dibicarakan akhir-akhir ini. Bukan hanya karena kerugian yang dihasilkannya, namun karena terma ini selalu mengarah kepada kelompok yang sama, yaitu Islam. Tragedi WTC pada tanggal 2001 menjadi gerbang sejarah untuk melekatkan slogan-slogan terorisme di tubuh Islam. Hingga sampai saat ini hal itu masih menjadi sebuah topik yang hangat untuk dilemparkan media kepada khalayak umum, seolah meyakinkan semua orang bahwa Islam=terorisme.

Tindakan ini seolah diamini pula oleh umat Islam sendiri. Perselisihan dalam tubuh Islam akibat pluralitas penafsiran, melahirkan orang-orang yang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap suatu kelompok. Dari sini lah kemudian lahir pengkafiran-pengkafiran yang mereka asumsikan sebagai bentuk loyalitas terhadap suatu kelompok, dan penentangan terhadap pemikiran yang berseberangan atau pun berbeda dengan kelompok mereka. Hal yang perlu diperhatikan bahwa loyalitas sebatas dalam hal yang diwajarkan adalah dibenarkan. Namun ketika loyalitas itu menjelma menjadi sebuah perebutan hak hidup, serta intimidasi-intimidasi yang berujung pada segala tindakan yang merugikan orang lain baik dari segi materi maupun non-materi, maka oleh publik itu sudah cukup dinamai sebagai tindakan terorisme. Artinya kehadiran mereka yang membawa isu keamanan (bom sana-sini), cukup mengkhawatirkan dan menyelubungi dunia di bawah bayang-bayang ketakutan.

Bagaimanakah sebenarnya Alquran memandang terorisme? Apakah tindakan seperti ini dibenarkan atau ‘pernah’ dibenarkan di dalam Islam? Apakah pluralitas harus melahirkan konsekuensi yang menakutkan seperti ini, atau ini hanya merupakan tindakan segelintr orang yang kurang memahami esensi beragama?

DEFINISI TERORISME

Secara bahasa, Terorisme merupakan gabungan dari kata ‘teror’ dan ‘isme’. Teror berasal dari bahasa latin terre yang berarti ‘tindakan yang dapat menyebabkan orang lain ketakutan’[1]. Menurut Federal Bureau of Investigation atau FBI, terorisme merupakan kekerasan yang bermotif politik dan dilakukan oleh agen negara atau kelompok sub nasional terhadap sasaran kelompok non kombatan (orang yang tidak ikut berperang tapi aktif di administrasi). Kemudian menurut KBBI, terorisme adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik); praktik tindakan teror. Definisis terorisme telah menjadi istilah yang multitafsir, setiap kelompok atau individu memiliki arti tersendiri mengenai definisi terorisme ini sesuai dengan faktor psikologisnya masing-masing. Terlepas dari persoalan di atas, kita telah sepakati bersama bahwa aksi terorisme merupakan segala bentuk tindak-tanduk sekelompok orang atau individu yang ingin menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan kegelisahan di kalangan masyarakat luas di luar kelompoknya sebagai sebuah bentuk strategi politik dalam merealisasikan kehendak kelompoknya itu[2].

TERORISME DALAM ISLAM

Alquran selaku kitab yang diimani oleh seluruh umat Islam, menyimpan berbagai teori mulai dari teori ketuhanan hingga seluruh seluk beluk alam semesta. Bahasa Alquran yang universal, memantik berbagai pandangan untuk masuk dan memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat yang terdapat di dalamnya. Konsekuensi akan lahirnya berbagai ideologi dan produk hukum menjadi harga mati yang tidak bisa diindahkan. Oleh karena itu kemudian perlu adanya sebuah sikap yang bisa menjembatani antara berbagai pandangan dan ideologi tersebut.

Fanatisme merupakan sikap yang menjadi cikal bakal lahirnya tindakan terorisme. Fanatisme merupakan keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap suatu golongan[3], sehingga membutakan penganutnya untuk menerima dan menghargai kelompok di luar dirinya. Fanatisme lahir melalui sejarah yang panjang. Pada masa Nabi Muhammad, sikap-sikap seperti ini banyak dimiliki oleh suku-suku Quraisy. Namun Nabi dapat melunakkan sikap semacam ini, dan menanamkan sikap toleransi kepada seluruh umat Islam pada masa itu. Meskipun begitu, fanatisme tidak berhenti begitu saja. Sepeninggalan Nabi, umat Islam dihadapkan kepada permasalahan mengenai pluralitas penafsiran Alquran, yang memunculkan kembali fanatisme ke permukaan. Bisa kita lihat bagaimana bani Umayyah memegang erat-erat aliran Jabariah untuk mengeksiskan kekuasaannya. Sikap fanatismenya muncul ketika bani Umayyah secara tegas menolak dan menyesatkan aliran atau madzhab teologi selainnya. Hanya satu madzhab teologi yang boleh dianut oleh seluruh rakyatnya pada saat itu. Sikap terorisme yang muncul dari fanatisme ini kemudian tercermin ketika bani Umayyah menyerang dan melakukan intimidasi-intimidasi baik yang sifatnya politis maupun sosial kepada pihak-pihak yang berseberangan dengan madzhab atau ideologi negara.

Hal seperti ini kemudian diadopsi oleh para penganut suatu kelompok yang menanamkan keyakinan bahwa hanya kelompoknyalah yang paling benar. Pengkafiran serta pembid’ahan yang akhir-akhir ini dilakukan oleh salah satu kelompok Islam garis keras. Jargon jihad yang membalut seluruh tindakan terorisme yang mereka lakukan, cukup menyita perhatian publik. Sugesti serta eksplanasi yang mereka teriakkan kepada orang-orang yang tidak memiliki spaceuntuk bertoleransi, semakin menambah jumlah para teroris ini. Sebutan teroris adalah sebutan yang wajar ketika apa yang mereka lakukan merugikan orang lain, berjuang demi kepentingan yang sifatnya politis, berangkat dari rasa fanatik terhadap golongan, serta intimidasi yang dilakukan merenggut hak dan kebebasan orang lain.

Rasulullah semasa hidupnya dengan tegas melarang hal ini. Coba anda buka lagi lembaran sejarah dimana Rasulullah tidak mengusir orang yahudi ketika memasuki madinah, padahal jumlah beliau lebih banyak dari jumlah orang-orang yahudi. Serta memberikan kebebasan bagi orang-orang yahudi untuk beribadah tanpa adanya tekanan dari pihak manapun –dengan tidak memaksakan mereka untuk masuk kepada Islam-. Belum lagi peristiwa Fathu Mekkah, dimana Rasulullah dengan legowo membiarkan orang-orang kafir Quraisy untuk mencari tempat perlindungan bagi mereka. Akan tetapi sangat disayangkan umat beliau setelahnya tidak mempraktikan apa yang beliau contohkan dalam hal ini.

Fanatisme tidak semata-mata menjadi sebab tunggal akan munculnya terorisme. Terorisme dalam Islam juga muncul kala orang di luar Islam (baik kafir secara institusional maupun substansial) memberikan tekanan dan ancaman-ancaman tertentu kepada umat Islam, sehingga menimbulkan ketakutan serta perenggutan hak yang sifatnya individu, seperti hak kebebasan untuk hidup, hak untuk memilih, dan lain sebagainya. Ancaman serta tekanan seperti itu secara otomatis akan memberikan sikap defensif pada objeknya. Setelah tragedi WTC pada tahun 2001, Barat menyerukan jargon Islamofobia[4] yang membuat seluruh dunia merasa was-was dengan kehadiran umat Islam. Dari sana kemudian umat Islam di Barat ditekan dan dibatasi ruang geraknya, dan tidak jarang berujung pada perlakuan kekerasan kepada orang-orang yang menurut mereka terduga sebagai teroris. Label Islam sedemikian rupa dirusak, sehingga membangun dogma bahwa Islam sama dengan kekerasan dan terorisme.

Serangan psikologis semacam ini membuat umat Islam –yang mengalami dampaknya secara langsung- bereaksi dengan mempertahankan dirinya. Namun naas, umat Islam belum memiliki teknologi secanggih yang digunakan oleh Barat. Sehingga reaksi yang diberikan untuk tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh Barat terhadap umat Islam. Sebenarnya yang perlu digaris bawahi adalah bahwa bukan tindakan defensif ini yang disebut dengan teroris, namun sikap defensif yang tidak pada waktu, kondisi dan tempatnya lah yang kemudian menggolongkannya menjadi teroris. Memberikan perlawanan terhadap Amerika yang membombardir negara-negara Islam di timur tengah bukanlah termasuk kategori teroris saya pikir. Karena politik adu domba yang dihembuskan oleh Amerika justru merupakan hal yang sangat riskan memecah belah umat Islam. Artinya perlawanan terhadap objek yang dianggap musuh haruslah berada pada waktu, kondisi dan tempat yang tepat. Namun aksi bom bunuh diri di Mall atau kedubes -yang saat ini trend di kalangan islamis jihadis- merupakan tindakan yang menyimpang, karena bukan pada tempat dan kondisi yang tepat. Sasaran yang dituju seringkali tidak jelas dan tak jarang bukan dari target yang sebenarnya. Bisa saja yang terkena dampaknya hanya orang biasa, pekerja kantoran, siswa, dan lain sebagainya, yang tidak ada hubungannya dengan tindakan yang muncul atas sikap defensif tersebut. Inilah yang –sekali lagi- menurut saya disebut sebagai teroris atau tindakan terorisme.

Dalam beberapa kesempatan, tak jarang kita mendengar seruan untuk melawan secara militan terhadap Barat –atau bisa dikatakan anti terhadap Barat-. Seruan-seruan tersebut memukul rata Barat dengan penggambaran bahwa Barat merupakan kelompok yang anti terhadap Islam, kelompok yang selalu memerangi Islam, oleh karenanya memeranginya juga termasuk kewajiban, dan halal ditumpahkan darahnya. Tindakan semacam ini tentu seruan yang sangat naif, serta berangkat dari analisis yang sangat dangkal. Mungkin ada beberapa persen yang menunjukkan sikap anti-nya terhadap Islam, namun selain itu masih banyak tokoh Barat yang memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan keislaman, dan meluangkan waktunya untuk mempelajari Islam secara mendalam. Sebut saja Karen Armstrong dengan karya-karya monumentalnya tentang Nabi Muhammad dan pandangannya mengenai Islam secara kritis dan positif, atau Wilfred Cantwell Smith dengan karyanya Islam in Modern History[5]

Harus diakui bahwa cara kekerasan perlu dilakukan ketika cara halus sudah tak bisa mengkompromikannya. Namun sekali lagi, Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan umatnya untuk melakukan kekerasan di luar batas kewajaran. Artinya ketika perang memang diperlukan untuk menghentikan penetrasi musuh dalam menekan dan menganiaya umat Islam, maka rasul memerintahkan untuk berperang –jika memang cara negosiasi tidak membuahkan hasil-. Namun tetap saja ada larangan-larangan yang harus tetap dipegang. Seperti dilarang membunuh anak kecil, perempuan, menyiksa tahanan, membunuh dengan emosi, dan berbagai aturan lainnya yang mengisyaratkan bahwa berperang harus sesuai dengan kebutuhan. Dari sini dapat kita lihat, bahwa Rasulullah bukan sama sekali tidak mengajarkan kekerasan, namun kekerasan yang dicontohkan merupakan kekerasan dalam bentuk perlawanan yang sekadarnya –dengan sangat terpaksa-, dan tidak mengajarkan itu diluar sebab-sebab dan pertimbangkan yang dibenarkan oleh Al-qur’an.

Terakhir, ada banyak hal yang menyebabkan tindakan terorisme selain hal-hal yang dibicarakan diatas. Namun semua sebab-musabab itu tidak mungkin kita jelaskan disini satu persatu. Contoh sebab lainnya adalah radikalisme yang erat kaitannya dengan fanatisme.

ALQURAN DAN TERORISME

Berangkat dari definisi yang telah disebutkan di atas, terorisme merupakan tindak kejahatan yang sangat merugikan orang lain. Karena bagaimana pun setiap orang memiliki hak untuk hidup aman, dan terjamin kehidupannya. Sedangkan terorisme akan mengancam sekaligus memberikan rasa was-was kepada setiap individu dalam menjalani kehidupan. Lantas, bagaimanakah sebenarnya Alquran memandang terorisme? Apakah Alquran mengajarkan Islam

Islam adalah agama yang membawa rahmat dan berwatak toleran. Ia sangat mendambakan keadilan dan kedamaian serta menjunjung tinggi kemuliaan dan kebebasan manusia[6]. Fragmen ini bukanlah sebuah pepesan kosong belaka. Alquran sendiri menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW, selaku pembawa risalah Islam adalah seorang rasul yang diutus untuk menyempurnakan Akhlaq[7]. Selain itu, untuk mengaffirmasi bahwa Islam merupakan agama yang mencintai keadilan serta menjunjung tinggi kebebasan untuk memilih, Alquran menyebutkannya dalam surat Al-Kahfi : 60.

وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ ..

 

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”..

Jika ditelusuri lebih mendalam, Islam masih memiliki rumpun yang sama dengan kata salama(س-ل-م) yang artinya keselamatan atau kedamaian. Islam sebagai agama pembawa keselamatan dan kedamaian tercermin dalam ucapan salam yang hampir selalu diucapkan oleh umat Islam setiap hari. Artinya tujuan keselamatan dan kedamaian selalu menjadi prioritas utama yang harus disebarkan dan tidak boleh sedikit pun lepas dari ingatan[8].

Berangkat dari hal diatas , jelaslah kiranya karakteristik Islam yang damai dan penuh rahmat. Dari itu, tidak ada tempat bagi kekerasan dan radikalisme, atau fanatisme atau terorisme, serta berbagai bentuk kelaliman yang merusak dan menghancurkan kehidupan dan atau hak milik orang lain. terlebih jika kita menyadari bahwa tujuan pokok ajaran Islam (مقاصد الشرعي) yang melindungi dan memelihara hak-hak manusia yang paling mendasar, khususnya hak hidup, hak beragama, hak memelihara akal, keluarga, dan kepemilikan. Tidaklah aneh karenanya bila Islam mengharakan berbagai bentuk tindakan kekerasan dan kelaliman kepada orang/golongan lain, sampai-sampai Islam menganggap kelaliman yang dilakukan kepada seorang manusia, sama artinya dengan melakukan kelaliman kepada manusia secara keseluruhan.[9] Allah berfirman :

مَن قَتَلَ نَفۡسَۢا بِغَيۡرِ نَفۡسٍ أَوۡ فَسَادٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعٗا وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ

…barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.[10]

Ayat diatas menekankan bahwa bagaimana Islam secara umum dan Al-Quran secara khusus telah menjaga hak-hak individu. Ayat ini menegasikan segala bentuk intimidasi-intimidasi yang sifatnya politis, fanatisme kelompok, atau tindakan otoriter.

Alquran dengan berbagai dimensi maknanya disini mencoba menutup sekecil-kecilnya celah bagi para penganutnya untuk melakukan kezhaliman yang dapat merugikan manusia yang lain. Alih-alih menemukan ayat untuk melakukan kerusakan dan terorisme –seperti yang dituduhkan Barat-, di dalam Alquran akan banyak ditemukan ayat-ayat yang menekankan pentingnya berkasih-sayang, toleransi, saling memaafkan, dan menjalin persaudaraan. Bahkan Alquran menjawab orang-orang yang keluar berperang atas dasar fanatisme kelompok (teroris agama) dengan ayat

قُولُوٓاْ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِيَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٦

 

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma´il, Ishaq, Ya´qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”[11]

Sikap Islam atas semua Nabi sangat jelas; tidak dibedakan antara satu dan lainnya. Inilah yang sebenarnya deskripsi paling ideal bagi agama yang tidak sedikitpun mengamini fanatisme, sebaliknya sangat menghargai toleransi. Jika demikian halnya, maka suatu yang tidak beralasan jika Islam dihasut sebagai agama yang menebar benih-benih fanatisme di kalangan umatnya[12].

Islam dalam toleransinya menekankan kepada seluruh pemeluknya untuk membuka diri terhadap orang yang berada di luar Islam. Bahkan Islam mengajak agar penganutnya membalas sikap buruk terhadapnya dengan sikap yang lebih baik. Demikianlah Islam dengan jelas melarang sikap fanatisme, dan konsekuensi logisnya adalah Islam juga menolak berbagai bentuk anarksime dan terorisme. Meneror atau berbuat anarki kepada seorang manusia (saja) –dalam perspektif Alquran-, sama halnya dengan meneror dan berbuat anarki kepada seluruh manusia.

Dalam kaitannya dengan jihad (seperti yang digembor-gemborkan kaum ekstrimis), perlu untuk mendapatkan perhatian yang lebih. Seringkali para teroris membawakan ayat Al-Baqarah  190-191 sebagai landasan awal untuk menjustifikasi segala tindakan yang mereka lakukan.

وَقَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ ١٩٠وَٱقۡتُلُوهُمۡ حَيۡثُ ثَقِفۡتُمُوهُمۡ وَأَخۡرِجُوهُم مِّنۡ حَيۡثُ أَخۡرَجُوكُمۡۚ وَٱلۡفِتۡنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلۡقَتۡلِۚ وَلَا تُقَٰتِلُوهُمۡ عِندَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ حَتَّىٰ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِيهِۖ فَإِن قَٰتَلُوكُمۡ فَٱقۡتُلُوهُمۡۗ كَذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩١

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir

 

Kata jihad mulai menjamur pasca tragedi WTC. Perburuan Barat terhadap umat Islam yang sarang terorisme, menimbulkan kekerasan-kekerasan yang akhirnya membangkitkan semangat umat Islam untuk anti terhadap Barat. Sehingga implikasinya terdapat segelintir umat Islam yang terbawa oleh mainstream untuk ikut ber-jihad seperti yang sedang hangat-hangatnya dikoar-koarkan oleh golongan tertentu. Namun belakangan kata jihad juga memasuki ranah dimana seorang diperbolehkan memerangi orang-orang yang berada di luar kelompoknya atau berseberangan dengan ideologi kelompoknya. Contohnya, perbedaan madzhab menjadi sebuah api pemantik yang bisa membakar jiwa seseorang untuk mendorongnya berjihad –berdasarkan analogi diatas-. Namun sekali lagi yang harus kita perhatikan, apa makna jihad?

Jihad dalam dunia modern sering diidentifikasi dengan perang. Bila ada tafsir lain mengenai jihad di luar perang, banyak sekali pihak yang menentangnya. Contohnya ketika banyak ‘ulama di Mesir yang memaknai jihad itu sebagai ikut berperang ke Afganistan, perang ke Iraq, perang ke Iran, Seyyed Thanthawi memberikan fatwa lain tentang jihad, yaitu mendidik anak, bekerja keras, berdoa bagi para pejuang, dan lain-lain[13]. Betapun para ‘ulama mencoba memaknai jihad, tetap saja keadaan lingkungan dan pre-kognisi mempengaruhi definisi mereka tentang jihad.

Rasulullah pernah mengatakan bahwa jihad terbagi menjadi 2, yaitu jihad asghar (kecil) dan jihad akbar (besar). Jihad asghar adalah jihad memerangi orang-orang musyrik, sedangkan jihad besar adalah jihad memerangi hawa nafsu. Dapat disimpulkan bahwa jihad dalam arti perang merupakan reaksi yang bersifat kondisional. Sebab dalam perang sudah pasti menelan korban yang sangat besar. Sedangkan jihad yang perlu mendapatkan perhatian adalah jihad untuk keluar dari kemiskinan, keterbelakangan, ketertindasan dan kebodohan. Hal-hal tersebut merupakan musuh riil yang dihadapi oleh masyarakat muslim pada umumnya[14].

Adapun surat Al-Baqarah 190-191 yang sering dijadikan alat justifikasi untuk tindak terorisme (red:jihad), ayat ini hendak menjelaskan tentang perintah perang dalam kerangka defensif, bukan ofensif. Artinya perang diperkenankan sejauh untuk mempertahankan dan melindungi jiwa dari serangan musuh. Disamping itu Tuhan berpesan agar tidak melampaui batas, karena Tuhan tidak menyukai yang berbuat hal tersebut. Perang diperkenankan sejauh mempertahankan wilayah kekuasaan dan menghilangkan fitnah.

Kesimpulan dari seluruh penjelasn diatas adalah bagaimana setiap individu memahami dan melaksanakan Islam secara komprehensif, sehingga tidak ada pemahaman yang terlalu dangkal atas tes-teks agama. Tindakan fanatisme, radikalisme, terorisme, serta intoleransi berangkat dari dangkalnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

 

[1] Blog Septian D. Putranto mengenai definisi terorisme. Diakses pada tanggal 30 April 2014, jam 00.47

[2] http://m.tnol.co.id/blog-anda/15707-apa-itu-terorisme.htm diakses pada tanggal 30 April 2014, jam 01:34

[3] KBBI

[4] Meminjam istilah A. Syafi’I Ma’arif dalam bukunya Al-Qur’an dan Realitas Umat

[5] Ahmad Syafi’I Ma’arif, Al-qur’an dan Realitas Umat, hal. 62

[6] Prof.Dr.Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, hal.71

[7] HR. Bukhari dalam al-adab al-Mufrad.

[8] Prof.Dr.Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, hal.73

[9] Ibid hal.74

[10] QS. Al-Maidah : 32

[11] QS. Al-Baqarah : 136

[12] Prof.Dr.Mahmoud Hamdi Zaqzouq, Islam Dihujat Islam Menjawab, hal.78-79

[13] Zuhairi Misrawi, Alquran Kitab Toleransi, hal.385

[14] Ibid hal.388

Wikipedia Islam

Bagaimana Ayat Al-Qur’an Diturunkan?

 

Syaikh Al-‘Allamah Al-Utsaimin menjelaskan, “Turunnya Al-Qur’an terbagi menjadi dua yaitu ibtida’i dan sababi.

Pertama, secara ibtida’i:

وهو ما لم يتقدم نزوله سبب يقتضيه وهو غالب آيات القرآن

Yaitu turunnya ayat tanpa didahului oleh sebab tertentu dan ayat-ayat Qur’an keumumannya seperti ini.

Kedua, secara sababi:

وهو ما تقدم نزوله سبب يقتضيه

Yaitu turunnya ayat yang didahului oleh sebab tertentu yang melatarbelakanginya. Sebab-sebabnya antara lain:

1. Pertanyaan yang dijawab oleh Allah seperti ayat, “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal, katakanlah hilal itu adalah waktu-waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji.” (Al-Baqoroh: 189)

2. Peristiwa yang membutuhkan bayan (penjelasan) dan tahdzir (peringatan) seperti ayat, ”Dan jika kamu tanyakan kepada mereka niscaya mereka akan berkata, “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kamu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf karena kamu kafir setelah beriman.” (At-Taubah: 65-66)

Ayat ini turun terkait celotehan orang munafiq yang mengejek Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dan shohabatnya dengan perkataan, “Kami tidak pernah melihat orang yang paling besar perutnya, paling dusta lisannya dan paling penakut tatkala bertemu dengan musuh selain para pembaca Qur’an kita ini.”

3. Kasus yang butuh diketahui hukumnya seperti ayat, ”Sungguh Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya dan dia mengadukannya kepada Allah dan Allah mendengar perbincangan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Al-Mujadilah: 1). (Ushul Fit Tafsir hal. 13-14)